Amerika Bisa Menyadap Data Komunikasi Anda

 
 
Hidayatullah.com—Seorang mantan pegawai CIA yang bekerja sebagai kontraktor di US National Security Agency (NSA) mengatakan pada hari Ahad (9/6/2013) bahwa dirinya adalah sumber kebocoran informasi rinci program pengintaian rahasia Amerika Serikat.
Di dalam kamarnya di sebuah hotel di Hong Kong, Edward Snowden, 29, mengaku berpikir panjang dan lama sebelum memutuskan untuk membocorkan rahasia program NSA bersandi PRISM itu, dengan alasan dia merasa Amerika Serikat membangun mesin spionase rahasia yang tidak memiliki akuntabilitas untuk dipakai memata-matai setiap warga Amerika.
Snowden mengaku bekerja di NSA sebagai pegawai kontraktor Booz Allen. Dia memutuskan untuk membocorkan informasi tersebut, karena tidak suka dengan Presiden Obama yang dinilainya mengekor kebijakan pendahulunya, George W. Bush.
“Saya tidak ingin hidup di dalam masyarakat yang melakukan hal-hal semacam itu … Saya tidak ingin hidup di dunia di mana semua yang saya lakukan dan katakan direkam. Itu bukanlah sesuatu yang ingin saya dukung atau tinggal di dalamnya,” kata Snowden kepada koran Guardian yang mengunggah rekaman video wawancara itu ke situsnya.
Baik Guardian maupun Washington Post pekan lalu mengatakan bahwa intelijen AS memantau data hubungan telepon dari Verizon dan data internet dari perusahaan-perusahaan besar seperti Google dan Facebook, lapor Reuters (10/6/2013).
Guardian mengatakan Snowden disebut namanya sebab pemuda itu memang ingin diketahui identitasnya.
“NSA membangun sebuah infrastuktur yang memungkinkan untuk menyadap hampir segalanya,” kata Snowden menjelaskan mengapa dia sengaja membocorkan hal itu, yaitu agar publik mengetahuinya.
“Dengan kemampuan ini sebagian besar komunikasi manusia secara otomatis dapat ditelan tanpa menargetnya lebih dulu. Jika saya ingin melihat email-email Anda yang ada di telepon istri Anda, yang hanya perlu saya lakukan hanyalah mencegatnya. Saya bisa mendapatkan email-email Anda, password, catatan telepon, kartu kredit,” papar Snowden tentang program rahasia intelijen AS itu.
Guardian mengatakan, Snowden pernah bekerja di NSA selama empat tahun sebagai seorang kontraktor untuk perusahaan luar.
Tiga pekan lalu, dia menyalin dokumen-dokumen rahasia dari kantor NSA di Hawaii dan mengatakan kepada supervisornya bahwa dirinya perlu waktu “beberapa pekan” untuk mengobati penyakit epilepsinya. Pada 20 Mei dia kemudian terbang ke Hong Kong.
CIA dan Gedung Putih menolak untuk berkomentar tentang masalah itu. Sementara seorang jurubicara untuk Direktur Intelijen Nasional tidak mau berkomentar langsung tentang Snowden, tetapi dia mengatakan bahwa pihak intelijen AS sedang mengkaji kerusakan yang diakibatkan oleh pembocoran rahasia itu.
NSA sudah meminta penyelidikan kasus itu sebagai tindak kriminal. Dan Departemen Kehakiman AS mengatakan bahwa pihaknya sedang dalam tahap awal penyelidikan kriminal terkait kebocoran itu.
Booz Allen, sebuah perusahaan konsultan manajemen dan teknologi, mengatakan kebocoran itu sangat mengejutkan dan bersedia bekerjasama dalam penyelidikan.
Sementara itu Dell Inc menolak berkomentar mengenai laporan yang mengatakan Snowden pernah bekerja di perusahaan tersebut. Pada tahun 2009, Dell mengakuisisi Perot Systems, sebuah kontraktor pemerintah AS yang menggarap proyek-proyek lembaga intelijen AS.
Snowden diduga sengaja memilih Hong Kong agar dia bisa mencari suaka ke negara lain. Hong Kong sudah dikembalikan oleh Inggris ke China tahun 1997. Namun, wilayah itu masih menikmati sejumlah hak otonomi dalam urusan bisnis dan fungsi pemerintahan. Hong Kong biasanya mengekstradisi pelaku-pelaku kejahatan.
“Hong Kong punya tradisi kuat kebebasan berbicara,” kata Snowden.
Berdasarkan perjanjian ekstradisi dengan AS, Hong Kong punya waktu 60 hari untuk menahan Snowden, sementara AS mempersiapkan permohonan resmi ekstradisi. Tetapi, ada larangan ekstradisi untuk kasus-kasus politik.
Menurut Douglas NcNabb, seorang pengacara asal Houston spesialis masalah ekstradisi, AS tidak akan kesulitan mencari alasan untuk meminta Snowden dipulangkan ke negaranya. Sementara yang bisa dilakukan Snowden adalah menarik kasus itu menjadi kasus politik dan bukan kriminal.
Snowden sendiri mengaku takut dengan konsekuensi tindakannya, meskipun dia mengatakan siap menghadapi akibatnya seumur hidup.
“Ketakutan saya yang utama adalah mereka akan memburu keluarga saya, teman-teman saya, rekan-rekan saya. Siapapun yang memiliki hubungan dengan saya,” katanya. “Saya akan harus hidup dengan hal itu untuk selamanya. Saya tidak akan bisa lagi berkomunikasi dengan mereka. Mereka (pihak berwenang AS) akan bertindak agresif terhadap siapa saja yang mengetahui saya. Itu yang membuat saya tidak bisa tidur,” kata Snowden, yang mengaku meninggalkan pacarnya di Hawaii tanpa mengatakan bahwa dia pergi ke Hong Kong.
Snowden mengaku sudah bulat tekadnya meninggalkan segala kemewahan hidup di Hawaii, tempat di mana dia mendapatkan penghasilan US$200.000 setahun.
“Saya mau mengorbankan semua itu karena saya tidak bisa dengan penuh kesadaran membiarkan pemerintah AS menghancurkan privasi, kebebasan internet dan kebebasan-kebebasan dasar orang-orang di seluruh dunia dengan mesin pengintai rahasia yang mereka bangun itu,” tegas Snowden.
Pemuda itu mengaku berharap Islandia, negara yang menghargai kebebasan internet, akan memberikannya suaka.
Apabila tidak mendapatkan negara yang mau menampungnya, Snowden bakal berakhir seperti Bradley Manning, prajurit AS yang membocorkan ribuan dokumen rahasia AS ke WikiLeaks.*
Rep: Ama Farah
Red: Dija

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu