Jelang Kenaikan Harga BBM, Pedagang Cari Untung

Jelang Kenaikan Harga BBM, Pedagang Cari Untung

TEMPO.COSurakarta - Tim Pengendalian Inflasi Daerah Surakarta menduga sebagian pedagang di pasar tradisional sudah mencari untung menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan terlebih dulu menaikkan harga. Ketua Tim Teknis TPID Surakarta, Joko Pangarso, mengatakan, pada pekan kedua Mei 2013, sudah ada kenaikan harga beberapa komoditas jika dibandingkan April 2013.

Kenaikan harga berkisar 0,02 persen hingga 7,24 persen. Meski relatif kecil, kenaikan berpengaruh cukup besar ke inflasi karena termasuk komoditas inti, seperti beras, cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

"Kenaikan harga disebabkan jelang pemilihan kepala daerah dan jelang kenaikan BBM," ujar Joko kepada wartawan di sela inspeksi mendadak kebutuhan bahan pokok di Pasar Legi, Surakarta, Selasa, 21 Mei 2013. Padahal stok masih mencukupi bahkan surplus.

Dia menilai ada pedagang yang berspekulasi menaikkan harga kebutuhan pokok lebih dulu sebelum BBM akhirnya naik. Kondisi ini diperparah dengan sikap pemerintah yang tidak segera memutuskan besaran kenaikan harga BBM dan kapan akan diberlakukan. 

Salah seorang pedagang beras di Pasar Legi, Mujiono, mengakui ada kenaikan harga beras dalam beberapa hari terakhir. Misalnya beras jenis C4, yang sebelumnya Rp 7.800 per kilogram, naik menjadi Rp 8.000 per kilogram.

"Beras mentik juga naik dari semula Rp 8.300 menjadi Rp 8.800 per kilogram sejak dua minggu lalu," ujar Mujiono di kiosnya. Tapi dia membantah jika disebut sengaja menaikkan harga karena harga BBM akan naik. Dia beralasan, harga naik karena pasokan seret. "Saat ini tidak panen. Stok mulai berkurang," katanya.

Jika akhirnya BBM naik, dia memastikan harga beras kembali naik karena ongkos transportasi juga naik. Dalam sehari, dia memiliki stok hingga 10 ton yang dipasok dari Sragen, Karangpandan, dan Delanggu. 

Pedagang cabai, Sarjono, mengatakan, harga cabai naik karena pasokan berkurang 50 persen. Dia biasa mendapat 22 ton cabai rawit putih per hari, kini hanya 9 ton per hari. Lalu cabai rawit merah hanya mendapat jatah 3 ton dari biasanya 6 ton per hari. Dia mendapat pasokan dari Jawa Timur, seperti Gresik dan Kediri. "Karena pasokan berkurang, harga jadi naik," ujarnya.

Cabai rawit merah kini dijual Rp 19.500 per kilogram dari semula Rp 9.000 per kilogram. Lalu cabai merah keriting dari Rp 11 ribu menjadi Rp 19 ribu per kilogram. 

Pedagang telur ayam ras, Magdalena, mengatakan, harga telur stabil. Dia menjual telur Rp 12.500-13.500 per kilogram. "Harga tetap. Tidak ada yang menaikkan harga menjelang kenaikan harga BBM," katanya. 

UKKY PRIMARTANTYO

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Markas Kopassus, Cijantung

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi