Nana Tan Wijaya, dari Wanita Karir Kini Jadi Sopir Taksi

Nana Tan Wijaya, dari Wanita Karir Kini Jadi Sopir Taksi

Liputan6.com, Jakarta : Buat sebagain besar orang Indonesia, pekerjaan kantoran masih jadi idaman. Apa jadinya kalau mantan pekerja kantoran memilih jadi sopir taksi. Terlebih yang melakukan itu adalah seorang perempuan.
Perempuan itu adalah Nana Tan Wijaya, yang kini berprofesi sebagai sopir taksi Express. Nana sebelum menjadi sopir taksi Express bekerja di sebuah perusahaan otomotif di Jakarta selama 15 tahun.
Setelah lulus sebagai Sarjana Ekonomi dari Universitas Pandjajaran, Bandung, Jawa Barat, Nana mulai bekerja pada suatu perusahaan otomotif selama hampir 15 tahun, hingga dia bisa mencapai level Manager Marketing. Namun setelah menikah, dia terpaksa melepaskan karirnya diperusahaan tersebut atas permintaan dari sang suami agar dia fokus mengurus rumah tangga.
Menjadi seorang ibu rumah tangga, membuatnya mencapai titik jenuh dan bosan. Hingga muncul ide dari seorang teman yang menyarankan dia menjadi seorang sopir taksi, karena merasa memiliki kemampuan yang baik untuk mengendarai kendaraan roda empat.
"Waktu itu saya hanya berniat untuk coba-coba saja, kalau cocok mungkin bisa berlanjut, kalau tidak ya tinggal saya lepaskan, karena disini tidak ada ikatan kontrak apa-apa," katanya saat berbincang dengan tim Liputan6.com di pool taksi Ekspress dikawasan Mustikajaya, Bekasi Timur, Jawa Barat, seperti ditulis Jumat (10/5/2013).
Setelah berpikir selama empat bulan, akhirnya dia memutuskan untuk memulai karirnya sebagai sopir taksi sejak bulan Oktober 2012 lalu, namun ketika itu hanya sebagai sopir pengganti atau biasa disebut dengan Charlie dan beberapa bulan kemudian dia mulai menjadi seorang Bravo atau pengemudi utama hingga saat ini.
"Baru dua bulan terakhir ini saya menjadi bravo dan saya sangat enjoy, karena saya tipe orang yang suka kemana-mana tidak hanya diam disuatu tempat. Profesi ini membawa saya untuk melihat keseluruhan isi kota Jakarta mulai dari daerah yang paling kumuh hingga daerah yang paling elit," lanjutnya.
Pada masa-masa awal dia memutuskan untuk terjun sebagai seorang sopir taksi, banyak pertentangan yang harus dihadapinya, terutama dari kedua anaknya dan teman-teman terdekatnya.
Namun karena tekadnya sudah bulat, dia pun tidak memperdulikan komentar-komentar miring tentang profesi ini, dia tetap berpegang teguh pada apa yang dia yakini serta ditambah izin dari sang suami yang merupakan seorang warga negara Malaysia yang bekerja pada perusaahan pengolahan minyak bumi dilepas pantai.
Walaupun banyak yang menganggap bahwa profesi sebagai sopir taksi merupakan pekerjaan seorang laki-laki, namun dia ingin membuktikan bahwa seorang wanita pun bisa melakukan profesi ini.
Malah menurutnya, bila pengemudi taksi itu merupakan seorang wanita, akan lebih berhati-hati, penyabar, tidak ugal-ugalan, karena dia menganggap bahwa bukan hanya harus bertanggungjawab terhadap kendaraan yang dikemudikan namun juga terhadap nyawa diri sendiri dan juga nyawa penumpang.
"Ini merupakan profesi yang memiliki nilai tersendiri bagi saya, disini saya bisa kenal banyak orang dengan berbagai macam sifat dan karakter selain saya juga harus memberikan pelayanan semaksimal mungkin tanpa memandang latar belakang dan status penumpang yang bawa," ujar wanita kelahiran tahun 1969 tersebut.
Setiap harinya Nana mulai bekerja sekitar pukul 03.00 atau 04.00 dini hari, karena dia harus mengejar pesanan taksi yang membeludak dikawasan bandara Soekarno-Hatta. Setelah itu, sekitar pukul 06.00 pagi, dia mulai berkeliling disekitar Jalan Jend. Sudirman, Jalan MH. Thamrin, kawasan Kuningan, Kelapa Gading, sampai Cempaka Putih.
Dia mengatakan bahwa dengan pola seperti, sebenarnya sekitar pukul 10.00 pagi pun uang setoran sebesar Rp 313.000 perhari yang diwajibkan oleh perusahaan sudah bisa didapatkan. Sehingga selepas itu, dia hanya tinggal mencari uang untuk dirinya sendiri.
Tips Jaga Stamina
Berada di jalan selama hampir 18 jam setiap harinya, tidak membuat Nana mengeluh meskipun kondisi jalan di ibukota yang sering macet dan kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi.
Untuk mengatasi rasa lelah dan mengantuk sebagai sopir yang mengharuskanya berada dibelakang kemudi mobil selama seharian, dia biasanya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan dipusat-pusat perbelanjaan, hanya sekedar untuk mencari makan atau sedikit berbelanja tanpa meninggalkan kewajibannya mengejar setoran.
"Saya kan harus duduk mobil dalam waktu yang cukup lama tiap harinya, otomatis badan terutama kaki saya juga terasa lelah dengan posisi yang seperti itu saja, makanya saya imbangin dengan berjalan-jalan, biasanya setelah makan siang, nanti sekitar pukul 15.00 baru saya mencari penumpang lagi sampai malam, sekitar pukul 22.00 atau bahkan sampai pukul 24.00 baru kembali ke pool taksi," katanya.
Untuk menjaga stamina, Nana biasanya selalu menyediakan makanan kecil dan buah-buahan didalam mobil agar dia tetap bisa makan tanpa harus meninggalkan mobil, serta juga minum air mineral yang cukup untuk menghindari rasa nyeri pada pinggang karena posisi duduk yang cukup lama.
Cerita unik saat nyetir
Selama melaksanakan tugasnya, banyak hal-hal menarik yang dia temui. Dia bercerita bahwa dirinya  sampai menangis bahagia ketika penumpang pertamanya membayar argo. Sampai saat ini pun tidak sedikit penumpang yang kaget sekaligus kagum ketika mengetahui bahwa yang mengemudikan taksi tersebut merupakan seorang wanita.
"Kadang karena sesama wanita, saya dan penumpang malah jadi banyak berkomunikasi dan bercerita. Alhamdulillah para penumpangnya pun baik-baik sekali, tidak pernah ada yang marah-marah," ujar ibu dua anak ini.
Menjadi sopir taksi wanita pun ternyata ada banyak keuntungan. Apabila dia kurang begitu paham akan rute yang harus ditempuh, para penumpang akan lebih memaklumi dan tidak segan memberi arahan. Bahkan tidak jarang penumpang memberikan uang melebihi argo yang seharusnya dibayar, walaupun dia tidak terlalu mengharapkan hal tersebut dan menganggap sebagai bonus semata.
"Percaya atau tidak, rata-rata setiap harinya saya bisa membawa pulang uang sekitar Rp 700.000, itu sudah bersih. Jarak tempuh saya selama satu hari pernah mencapai 500 km dan itu luar biasa untuk seorang sopir wanita. Penumpang paling banyak biasanya pada saat hujan dan saya tidak pernah memilih-milih penumpang, meskipun hanya untuk jarak dekat sekalipun," jelasnya.
Dia juga tidak merasa risih bergaul dengan rekan-rekan seprofesinya dan dengan pihak management ditempatnya bekerja yang kebanyakan merupakan laki-laki. Baginya, semuanya sama, tidak ada batasan gender, suku, agama, tingkat pendidikan atau jabatan. Karena menurutnya, dimana pun seseorang bekerja, maka dia harus bisa mengikuti aturan dan kondisi ditempat tersebut dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada.
Selain hal-hal yang menyenangkan, Nana juga pernah mengalami hal yang membuatnya trauma, yaitu ketika mengalami kecelakaan pada satu bulan pertama menjadi sopir taksi. Kejadian yang sebenarnya hanya insiden kecil ketika dia menyenggol gerobak jamu dipinggir jalan, namun ada beberapa orang yang marah hingga memecahkan seluruh kaca mobilnya.
Beruntung ketika itu dia dibela oleh pihak kepolisian yang datang ke lokasi. Belajar dari kejadian itu, kini dia lebih waspada dan lebih berhati-hati ketika mengemudi. Dia juga mengaku tidak takut akan tindak kejahatan yang sering menimpa sopir taksi, baginya cukup berserah diri kepada Tuhan, agar selalu diberikan keselamatan saat bekerja.
Kini diusianya yang telah memasuki 44 tahun, Nana mengaku masih sangat menikmati profesinya tersebut dan belum berpikir untuk berhenti. Dia akan tetap menjalankan profesinya tersebut sampai merasa jenuh dan tidak kuat lagi menjadi seorang sopir. Dia hanya berharap, bahwa dirinya bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak muda agar jangan malu dengan pekerjaan apapun, selama kita bekerja dengan baik.
"Menurut saya, suatu pekerjaan haruslah sesuai dengan apa yang kita inginkan sehingga kita bisa menikmatinya tanpa beban, meskipun tetap memiliki resiko yang tinggi sekalipun," pungkasnya. (Igw)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Markas Kopassus, Cijantung

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi