ISRAEL KETAKUTAN LANJUTKAN SIDANG MAVI MARMARA
ISRAEL KETAKUTAN LANJUTKAN SIDANG MAVI MARMARA
Istanbul, 21 Rajab 1434/ 31 Mei 2013 (MINA) – Anggota Komisi Hukum Kasus Mavi Marmara, Rabia Yurt menegaskan, Israel sangat ketakutan jika sidang kasus Mavi Marmara dilanjutkan, karena dapat menyeret para pejabat tingginya serta pihak terlibat untuk diadili di Turki.
“Inilah yang paling ditakuti Israel
karena mereka selama merasa kebal hukum,” tegas Rabia Yurt kepada Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency) di Istanbul, Turki, Kamis (30/5).
Dia mengungkapkan, setelah keputusan dibuat hakim, pemerintah Israel tidak akan memiliki kekebalan hukum lagi atas kejahatan yang mereka lakukan.
Rabia Yurt mengharapkan, para pejabat tinggi militer Israel dan pihak yang terlibat insiden penyerangan kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza melalui kapal Mavi Marmara itu dapat segera ditangkap dan diadili.
“Kami berharap Pengadilan Tinggi Pidana Turki segera mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi para pejabat militer Israel yang terlibat kasus Mavi Marmara,” kata Yurt.
Sejumlah 34 saksi dari Turki dan lima korban asing serta pengadu memberikan kesaksian dalam persidangan ketigain-absentia (tanpa kehadiran terdakwa) kasus tersebut, di pengadilan Caglayan, Istanbul, Turki pada 20-21 Mei 2013 yang lalu.
Pada akhir persidangan, jaksa penuntut meminta hakim Pengadilan Tinggi Pidana Turki segera melibatkan interpol dalam rangka menangkap empat petinggi militer Israel yang dituntut untuk mengikuti persidangan di Turki, sebab selama ini tidak pernah hadir.
Keempat pejabat militer tinggi Israel yang disidang terdiri dari mantan Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Letjen Gabi Ashkenazi; Panglima Angkatan Laut Israel, Laksamana Eliezer Marom; Kepala Intelijen Militer Israel, Mayjen Amos Yadlin dan Kepala Intelijen Angkatan Udara Israel, Brigjen Avishai Lev.
Sidang dilanjutankan pada 10 Oktober 2013 mendatang dengan mengupayakan kehadiran empat petinggi militer Israel itu.
Dakwaan Berlapis
Surat dakwaan dengan nomor file 2012/264 disusun pertama kali pada 29 Mei 2012. Dakwaan yang diajukan berlapis, yaitu pembunuhan disengaja, percobaan pembunuhan disengaja, sengaja menyebabkan cedera serius, sengaja menjarah, pembajakan dan merampas di wilayah perairan internasional, sengaja menyebabkan kerusakan barang-barang, pembatasan kebebasan berekspresi dan kejahatan kekerasan dengan penyiksaan atau penganiayaan.
Dalam dokumen itu, penggugat menuntut hukuman bagi mereka yang terlibat dalam serangan tersebut dengan hukuman penjara ribuan tahun untuk setiap korban secara terpisah.
Pihak lain, termasuk dari kalangan militer yang terlibat diadili setelah semua laporan investigasi atas empat petinggi militer Israel selesai.
Permintaan Manfaat
Anggota Komisi Hukum Mavi Marmara Rabia Yurt menegaskan, meskipun Israel meminta maaf dan membayar kompensasi korban Mavi Marmara, pengadilan Tinggi Pidana Turki tetap melanjutkan sidang dan mengadili para pelaku tersebut.
Menurutnya, pembayaran kompensasi adalah salah satu dari sejumlah prasyarat untuk normalisasi hubungan diplomatik antara Turki dengan Israel. Namun, hal itu tidak ada hubungannya dengan sidang itu, karena merupakan kasus pidana umum.
Serangan terhadap kapal Mavi Marmara yang mencoba menembus blokade Gaza dengan membawa bantuan kemanusiaan, akhir Mei 2010 lalu, memang merusak hubungan diplomatic kedua negara tersebut.
Pemerintah Turki menuntut permintaan maaf secara resmi dan pemberian kompensasi bagi keluarga korban serangan, serta pencabutan blokade Israel terhadap Gaza.
“Meskipun Israel ingin sidang ini diselesaikan dengan permintaan maaf dan ganti rugi, tetapi keinginan Israel itu tidak mungkin terwujud secara hukum,” tambahnya.
Pembicaraan Kompensasi dimulai pada akhir Maret 2013, setelah Israel menyampaikan permintaan maaf secara resmi kepada Turki. (L/P02/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Komentar