MAN Insan Cendikia Serpong: KBS Pencetak Jawara Olimpiade



MAN Insan Cendikia Serpong: KBS Pencetak Jawara Olimpiade


Jakarta, GATRAnews - Gelap masih membungkus kota Tangerang, Banten. Ratusan siswa berbaju koko meninggalkan asrama, menyibak kabut pagi menuju Masjid Ulil Albab. Dari asrama putri, ratusan murid juga menuju masjid. Usai menggelar salat subuh berjamaah, alunan zikir memenuhi ruangan masjid dua lantai yang sanggup menampung 700 jamaah itu.

Geliat kehidupan sehari-hari di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN Insan Cendekia), Serpong, Tangerang, dimulai pukul 04.30. Berpusat di masjid, mereka menggelar ibadah salat subuh berjamaah, wirid, berdoa, hingga mendaras Al-Quran. Selepas ibadah pagi, mereka kembali ke asrama untuk persiapan ke sekolah.

Kegiatan belajar-mengajar berlangsung sejak pukul 07.00 hingga 15.45, diselingi istirahat, makan siang, salat lohor dan asar. Kepala MAN Insan Cendekia, Suwardi, menyatakan bahwa ada 50 tenaga pengajar yang mengampu murid sekolah ini. Mereka terdiri dari 28 lulusan S-1, 21 tamatan S-2, dan seorang berijazah S-3. Selain mengacu pada kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (SMA), pihaknya pun melakukan inisiatif sendiri sesuai dengan kebutuhan.

MAN Insan Cendekia juga menggunakan kurikulum Kementerian Agama (madrasah aliyah) yang diperkaya sesuai dengan visi dan misi sekolah. Artinya, struktur program kurikulum diperkaya dengan penguasaan basic knowledge of science and technology (program pemantapan iptek) serta peningkatan kualitas iman dan takwa. "Di madrasah ini ada 19 mata pelajaran berbasis kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan kurikulum agama seperti Quran dan hadis, fikih, akidah, sejarah kebudayaan Islam, dan bahasa Arab," katanya.

Untuk itu, dilakukan penambahan jam tatap muka untuk bidang-bidang mafikibi (matematika, fisika, kimia, dan biologi), pendidikan agama Islam, bahasa Inggris, dan bahasa Arab. Juga dikembangkan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dalam program pembinaan dan pembiasaan hidup dengan nilai-nilai Islami, pengembangan diri, dan pendidikan kecakapan hidup (leadership life skill). Menurut Suwardi, banyak orang menganggap sekolahnya istimewa karena setiap tahun jumlah peminatnya meningkat. Pada 2011, ada 3.750 pendaftar.

Bertambah menjadi 4.660 pada 2012. Hal ini diprediksi akan bertambah lagi pada tahun ini. Pria berkumis tebal itu menambahkan, pendaftar melihat sekolah ini mendapat subsidi besar dari negara, prestasi sekolahnya baik, kemudian sistem sekolah berasrama (boarding school), yang sebenarnya dapat membina dengan baik siswa didik. "Keistimewaan lainnya, di sini semua guru siaga belajar sampai 24 jam," tutur Ahmad Imam Satria, seorang guru MAN Insan Cendekia.

Selain itu, dikembangkan pula klub bidang studi (KBS) sebagai kawah candradimuka untuk menghasilkan jawara-jawara olimpiade. "Di sini ada KBS untuk menghadapi olimpiade," katanya. KBS berhasil menelurkan juara-juara di tingkat nasional hingga internasional. Bidang studi yang diajarkan di klub ini sesuai dengan bidang studi yang sering dilombakan, seperti fisika, matematika, komputer, kimia, biologi, dan ada yang lain seperti ekonomi dan astronomi.

Menurut Suwardi, sistem itu juga mendukung persiapan anak-anak menuju olimpiade. Sistem itu mulai dibuka ketika siswa masuk pada minggu pertama kelas I. Mereka sudah diinformasikan untuk masuk ke KBS. "Ini seperti lelang bakat, anak-anak bebas untuk memilih," kata Suwardi. Kemudian, setelah masuk, untuk persiapan lomba, anak-anak dibina, diseleksi, sampai mengerucut menjadi tiga orang untuk mengikuti lomba tingkat kabupaten.

"Ini memotivasi siswa karena seleksinya objektif, bukan ditunjuk," ujar Suwardi. Peserta didik yang ikut lomba semua dari kelas XI. Kelas X juga boleh, yang penting lulus seleksi. Tetapi, kalau sudah kelas XII, tidak boleh karena pernah mendapatkan kesempatan waktu itu (kelas X, XI) untuk mengikuti lomba. Selain itu, sekolah ini juga menerapkan kurikulum bahasa asing, yakni bahasa Inggris dan Arab, dan itu semua wajib diikuti siswa.

Pihak sekolah menerapkan reward bagi para juara, seperti pemberian uang saku, buku motivasi, dan membantu mencarikan beasiswa bagi yang berprestasi di perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Selain itu, reward juga diberikan kepada guru yang berhasil membawa dan mendampingi anak didiknya mendapatkan juara atau menang lomba.

Di samping itu, penghargaan diberikan bagi anak didik yang mampu berbuat baik dalam kaitan dengan tingkat kesalehan, seperti penghargaan dalam bentuk muazin, imam masjid, puasa sunah terbaik, ibadah wajib, dan tidak pernah melanggar larangan. Termasuk penghargaan kepribadian bagi anak didik di MAN Insan Cendekia. "Penghargaan harus diberikan lebih banyak agar anak didik lebih dihargai dan termotivasi berbuat lebih baik," katanya.

MAN Insan Cendekia juga menjalin kerja sama dengan sembilan perguruan tinggi di Jepang. Perguruan tinggi itu banyak memberikan beasiswa untuk siswa MAN Insan Cendekia. Selain itu, kerja sama di dalam negeri dilakukan dengan perguruan tinggi negeri dan swasta. Buktinya, setelah lulus, banyak siswa mendapat beasiswa dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan sebagainya.

Para alumnus juga memberikan perhatian dan masukan bagi sekolah ini. Saat libur, mereka datang dan memberikan masukan kepada pihak MAN dalam bentuk pengajaran dan motivasi bagi anak didik. Suwardi berharap, di mana pun MAN Insan Cendekia berada (Tangerang, Jambi, atau Gorontalo), kualitasnya tetap sama. Tolok ukurnya, misalnya, 100% lulus ujian nasional (kualifikasi A), dan 97% lulusan diterima di perguruan tinggi negeri. (Rohmat Haryadi dan Andi Anggana)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu