Rumah Hikmah : Membangun Sinergi Dalam Ilmu dan Amal…

Di antara masa kejayaan Islam di masa lampau adalah era Kekalifahan Bani Abbasiyah, khususnya Kalifah ke lima dari Bani Abbasiyah ini yaitu Kalifah Harun Al-Rasyid  yang memimpin umat antara 786 M – 809 M. Pada masanya-lah Bayt Al-Hikmah dibangun, rumah sakit didirikan, 800-an dokter dimiliki Kekalifahan, ilmu-ilmu pengetahuan diterjemahkan dan diserap dari berbagai bahasa dan fasilitas umum seperti jalan dari Bagdad sampai Makkah dibangun.

Bukan hanya sang Kalifah sendiri yang patut dicontoh, istrinya-pun demikian. Zubaidah binti Ja’far – istri Kalifah Harun Al-Rasyid inilah yang dalam sejarah banyak berbuat untuk membuat perjalanan haji menjadi nyaman, tempat-tempat minum/tempat istirahat sepanjang jalan dari Bagdad ke Makkah dibangun, dan juga saluran-saluran air minum untuk Jamaah haji di Makkah.

Kyai di pesantren saya menggambarkan istana istri Kalifah Harun Al-Rasyid ini seperti sarang lebah – karena suaranya yang terus mbrengengeng  - ini bahasa jawa yang sulit diterjemahkan kedalam bahasa apapun. Suara mbrengengengtersebut berasal dari 100-an pembantu Zubaidah yang hafal Al-Qur’an dan terus muraja’ah dengan hafalannya.

Kombinasi yang subhanallah antara Kalifah yang mulai memimpin sejak usia awal 20-an dan istrinya yang dermawan dan shalihah inilah yang kemudian entah mulainya oleh siapa dan kapan – menjadi inspirasi munculnya legenda 1001 malam yang terkenal itu. Legenda 1001 malam itu sendiri fiksi dan berasal dari Kitab Alf Laylah Wa-Laylah.

Meskipun yang fiksi ini yang menghibur dan banyak menjadi judul buku dongeng sampai film di era modern ini, tetapi bukan dari yang fiksi ini kita bisa mengambil pelajaran yang sesungguhnya. Kita belajar dari yang konkrit yang dilakukan oleh Kalifah Harun Al-Rasyid yang berhasil membangun peradaban Islam sampai berabad-abad lamanya.

Salah satunya adalah Bayt Al-Hikmah, yaitu rumah tempat diterjemahkannya semua ilmu pengetahuan yang ada pada jamannya dan didiskusikan di majlis-majlis. Tidak heran bila Bagdad saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia dan negeri Kekalifahan menjadi negeri paling makmur , maju dan sangat perkasa pada jamannya.

Belajar dari Harun Al-Rasyid memakmurkan negeri dengan bermula dari ilmu pengetahuan tersebut,  maka umat Islam di jaman ini-pun mestinya harus bisa membangun keunggulannya melebihi umat-umat lain. Tantangannya saja yang mungkin sedikit berbeda.

Bila di jaman Kalifah Harun Al-Rasyid 13 abad lampau tantangannya adalah buku dan bahasanya, kini kendala bahasa itu relatif mudah teratasi karena begitu banyak buku yang sudah diterjemahkan dan bahkan banyak software yang bisa menterjemahkannya secara otomatis.

Yang masih menjadi kendala kini adalah semangat untuk mengkaji ilmu dan mengamalkannya. Yang menjadi kendala pula adalah dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu-ilmu lainnya seperti science, teknologi, ekonomi, financial dlsb. Pengajian banyak, fokusnya di ilmu agama. Seminar-seminar dan lokakarya banyak, fokusnya pada urusan-urusan yang duniawi. Lantas di mana keduanya bisa digabungkan ?

Maka yang perlu kita bangun kini adalah budaya untuk gemar membaca, mengkaji dan mengamalkan ilmu. Ilmunya-pun tidak ada lagi dikotomi antara yang agama dan di luar agama. Ketika kita membahas science, ilmu pengetahuan, social, ekonomi, keuangan dlsb – tidak akan kita lepaskan dari sumber segala sumber ilmu yaitu Al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Lebih dari itu kita juga tidak dianjurkan berilmu sekedar berilmu, kita dianjurkan untuk berilmu dan beramal – maka seluruh ilmu kebaikan yang kita pelajari dan serap harus bisa menjadi landasan kita untuk bisa juga beramal. Dimana kita bisa membangun peradaban ilmu dan amal yang integratif merespon segala persoalan dan kebutuhan umat jaman ini ? Di lingkungan yang kondusif untuk itu tentunya.

Lingkungan masyarakat yang kondusif dalam membangun ilmu dan amal, integratif dari segala sumber ilmu, aplikatif merespon masalah dan kebutuhan jaman – inilah yang kita coba rintis melalui organisasi kemasyarakatan yang kita sebut Rumah Hikmah – mengambil inspirasi dari Bayt Al-Hikmah-nya Kalifah Harun Al-Rasyid.

Penjelasan lebih detil tentang visi organisasi dan langkah-langkah konkritnya insyaallah akan kami sampaikan pada acara peluncuran Rumah Hikmah ini yang insyaallah akan diadakan pada tanggal 1 Muharram 1434 H yang bertepatan dengan hari Kamis 15 November 2012 (hari libur nasional).

Lokasi peluncuran di lokasi fisik Rumah Hikmah yang pertama yaitu di Citragrand D 3 no 28-29 Cibubur. Waktu pelaksanaan mulai jam 10.00 s/d 14.00Anda sekalian pembaca situs ini diundang untuk ikut hadir, hanya agar panitia bisa menyediakan konsumsi secara cukup - diminta Anda mengkonfirmasi kehadiran Anda via email ke menu kontak situs ini atau langsung ke Iqbal@geraidinar.com.

Pada acara peluncuran ini juga akan disajikan model kurang lebih seperti apa Rumah Hikmah ini nantinya bekerja. Paparan pertama akan disampaikan oleh Ust. Budi Ashari LC, yang mengulas tentang era-era kejayaan Islam di masa-masa lampau dan bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah tersebut.

Paparan kedua adalah implementasinya, berupa presentasi team yang sudah mengkaji dan siap mengimplementasikan sebuah contoh konsep dengan judul presentasi  Kota Peradaban : Dari Visi ke Aksi”. Dari presentasi ini insyaallah kita akan tahu betapa konkrit dan doable-nya konsep kota yang berperadaban Islam itu, bisa diwujudkan kalau kita bisa bersinergi atau berjamaah dalam ilmu dan amal.

Melalui contoh-contoh kajian, visi dan rencana aksi inilah nantinya semua sumber daya yang ada di umat ini disinergikan untuk menjawab tantangan-tantangan umat akhir jaman ini. Dan melalui Rumah Hikmah ini pulalah kita ingin mulai secara sungguh-sungguh mensinergikan seluruh kekuatan umat itu dalam ilmu dan amal. Insyaallah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu