Rusia Buka Pintu untuk Pembocor Amerika

Rusia Buka Pintu untuk Pembocor Amerika


MOSKOW - Pemerintah Rusia membuka peluang pemberian suaka politik untuk Edward Snowden, pembocor rahasia spionase Amerika Serikat, yang saat ini tengah dalam pelarian. "Jika kami menerima permohonan suaka politik dari Snowden, kami akan mempertimbangkannya," kata Sekretaris Pers Kepresidenan, Dmitry Peskov, seperti dikutip koran bisnis Kommersant terbitan Moskow kemarin.
Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, mendukung iktikad negara-negara lain untuk memberikan suaka politik bagi Snowden, yang disebutnya sebagai pahlawan. Pembocor rahasia Departemen Luar Negeri Amerika Serikat itu mengimbau negara-negara lain bekerja sama mendukung Snowden.
"Orang harus meminta para politikus dan media untuk memberikan suaka politik bagi Snowden di negara mereka," kata Assange, yang kini bersembunyi di Kedutaan Besar Ekuador di London sejak setahun silam untuk menghindari ekstradisi ke Swedia.
Sempat diberitakan hendak meminta suaka ke Islandia, Snowden sudah tak ada lagi di Mira Hotel-hotel bintang lima tempatnya menginap selama di Hong Kong. Menurut staf hotel, Snowden meninggalkan hotel pada Senin lalu. Kalangan jurnalis setempat yakin Snowden saat ini masih berada di Hong Kong.
Snowden melarikan diri dari Hawaii ke Hong Kong pada 20 Mei lalu. Dari sini juga dia mengirimkan bocoran rahasia penyadapan yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat sekaligus mengakui perbuatannya. Dia memilih negara ini dengan pertimbangan adanya jaminan kebebasan berbicara.
"Cina Daratan memberlakukan larangan berbicara bebas, tapi warga Hong Kong punya tradisi memprotes di jalan-jalan, membuat pandangan mereka diketahui," katanya dalam wawancara video yang disiarkan di laman Guardian.
Beberapa pengacara spesialis ekstradisi mengatakan, berat bagi Snowden untuk mencari celah hukum seandainya pemerintah Amerika akan menuntutnya. "Mereka tak akan mengambil risiko dalam hubungannya dengan Amerika," kata Robert Anello, pengacara New York yang biasa menangani kasus-kasus ekstradisi.
Amerika Serikat dan Hong Kong meneken perjanjian ekstradisi pada 1996, setahun sebelum bekas koloni Inggris itu kembali ke Cina. Berdasarkan perjanjian itu, tersangka kriminal dapat diekstradisi dalam suatu proses resmi yang juga melibatkan pemerintah Cina.
Perjanjian tersebut berlaku pada 1998 dan memberikan hak kepada penguasa Hong Kong untuk menahan Snowden selama 60 hari. Hak itu menyusul permintaan Washington yang menyebutkan sebab-sebab kejahatan yang dilakukan seorang kriminal sementara permintaan ekstradisi resmi dipersiapkan.
Namun Beijing dapat mengeluarkan instruksi kepada pemimpin kota untuk mengambil atau tidak mengambil tindakan mengenai ekstradisi jika mengganggu urusan pertahanan dan luar negeri. "Kami tak pernah melihat pemerintah Cina mencampuri hal-hal ini dalam keputusan sebelumnya," kata Patricia Ho, pengacara di Daly & Associates di Hong Kong.
Sowden menjadi pelarian setelah membuat Washington gerah dalam sepekan terakhir. Melalui harian Inggris, Guardian, dan koran Amerika, Washington Post, dia mengungkap dua program pemantauan pemerintah Amerika, yakni pemantauan hubungan telepon warga Amerika dan program PRISM yang memungkinkan aparat bisa secara langsung menyadap sembilan jaringan perusahaan Internet terkemuka Amerika. REUTERS | BBC | GUARDIAN | SKYNEWS | HARUN MAHBUB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu