Tiga BUMN Incar Peternakan Australia

Tiga BUMN Incar Peternakan Australia



Peternakan Sapi (Ilustrasi)
Peternakan Sapi (Ilustrasi)
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Tiga perusahaan BUMN menjajaki rencana pengembangan sapi di Australia. Ketiga perusahaan pelat merah itu adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Perum Bulog, dan PT Pupuk Indonesia.

Untuk mencapai tujuannya, ketiga BUMN itu sedang mengincar satu juta hektare (ha) lahan peternakan di Australia dan siap menggelontorkan dana mencapai Rp 300 miliar. “Dana dibagi bertiga, tetapi tergantung regulatornya, Menteri BUMN,” ujar Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro ketika ditemui di kantor RNI Jakarta, Rabu (26/6).

Saat ini, ketiga perusahaan milik pemerintah tersebut sedang melakukan studi kelayakan untuk mengukur kompetensi masing-masing. Sinergi tiga BUMN diharapkan dapat mewujudkan rencana pengembangan sapi berjalan lebih cepat. Menurut Ismed, sebelum tanggal 20 Juli 2013, hasil studi kelayakan sudah dapat diuji oleh Kementerian BUMN.

Dari segi pendanaan, rencana pengembangan sapi di Australia mendapat dukungan penuh dari bank-bank milik BUMN, seperti Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI. Lahan peternakan yang akan digunakan bakal diarahkan untuk menghasilkan bibit sapi atau pedet berkualitas tinggi. Hasil budi daya pedet itu kemudian akan dikirimkan ke Indonesia dalam bentuk daging beku.

Sejauh ini, kata Ismed, ketiga BUMN tersebut belum mengetahui iklim investasi di Australia. Ismed pun mengaku sempat berselisih ideologi dengan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengenai rencana ini. “Pak Menteri minta para BUMN yang tertarik untuk membuat proposal. Tapi, saya bilang, kita bikin konsorsium saja,” ujarnya.

Ismed berharap pemerintah bisa menunjukkan keseriusan memenuhi kebutuhan daging nasional. Selama ini, pemerintah dipandang hanya mumpuni untuk membuat regulasi, namun kerap menghambat investasi. Padahal, Indonesia bisa meniru negara lain dalam menyediakan lahan pangan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. “Kita harus meniru Cina yang punya lahan pangan di Nigeria sebanyak empat juta hektare, Malaysia dan Australia yang punya empat juta hektare, dan Brunei yang punya dua juta hektare,” ujarnya.

Terkait importasi daging sapi, Ismed menegaskan, RNI terus berupaya mendapatkan izin impor daging sapi dan berharap diberikan peluang untuk membantu menstabillkan harga daging. “Karena impor yang akan kami lakukan bukan untuk kepentingan bisnis saja,” kata Ismed.

Ismed mengatakan, RNI sangat siap apabila diberi amanat untuk menstabilkan harga daging. Namun, keputusan penugasan ada pada pemerintah. Kuota impor sapi yang diminta RNI yaitu 40 ribu ton sapi pedet, 20 ribu ekor sapi betina produktif, dan 35 ribu ekor sapi siap potong.

Sejak awal Juli 2012, RNI telah mengembangkan sapi terintegrasi yang dikenal dengan program Sapi Tebu (Sate), program Sapi Sawit (Sasa), program Sapi Teh, program Kemitraan, dan program Sarjana Masuk Desa (SMD). Total investasi yang digelontorkan untuk usaha peternakan sapi dari hulu ke hilir sebanyak Rp 120 miliar per tahun.
Lima lokasi dipilih untuk yaitu Majalengka, Subang, Palembang, Lombok, dan Nusa Tenggara Timur. Nantinya, produk ini akan disalurkan melaluioutlet milik RNI. Sebanyak 20 outlet berada di Bali dan 1 outlet berada di Jakarta. "Raja Daging" ditargetkan mendulang untung sebesar 10 persen dari hasil penjualan.

Direktur Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sofyan Basir mengatakan, pihaknya telah mengucurkan kredit dengan total Rp 3,8 triliun untuk proyek pengembangan sapi milik RNI. Khusus untuk pengembangan sapi plasma, disiapkan dana sebesar Rp 200 miliar termasuk untuk pembinaan 2000 peternak. “Satu peternak nantinya dapat tujuh ekor sapi,” ujar Sofyan. n meiliani fauziah ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.
Redaktur : Zaky Al Hamzah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu