China Tuduh AS, Uighur Sebut China Mendistorsi



 
Militer China berjaga-jaga di kota Urumqi, Provinsi Xinjiang.
Media pemerintah China Senin (01/07/2013) menuduh Amerika Serikat mendorong "pergolakan" di Xinjiang, dan menyebutkan para separatis di wilayah ini --yang didiami suku Uighur-- telah berjuang bersama pemberontak Suriah. 

Beijing juga membantah kerusuhan di wilayah luas yang berbatasan dengan Asia Tengah --yang pekan lalu menewaskan sedikitnya 35 orang—disebabkan ketegangan etnis antara suku Uighur dan suku mayoritas di China, Han. 

Beijing berjanji untuk menindak "para demonstran" dan memerintahkan militer bergerak menjelang peringatan peristiwa kerusuhan besar pada tahun 2009 yang menewaskan sekitar 200 orang. 

Namun kelompok hak asasi bagi warga Uighur, yang mayoritas Muslim, menyebutkan terjadinya demonstrasi dan kerusuhan disebabkan ketidakadilan ekonomi dan penindasan agama, dan Washington menyampaikan kekhawatiran tentang perlakukan diskriminasi. 

Dilaporkan AFP, Senin (01/07/2013), Harian Rakyat, corong Partai Komunis yang berkuasa, mengecam pemerintah dan media AS yang disebut ikut berperan dalam tindakan kekerasan. 

"Karena jarangnya kekacauan di China," katanya dalam komentar, "AS bersekongkol untuk mengarahkan tindakan kekerasan terhadap China." 

"Insiden kekerasan di Xinjiang bukan masalah etnis atau agama," katanya. Koran itu menyebut, aksi di Xinjiang sebagai "pembantaian" terhadap pejabat dan orang-orang sekitar secara "tidak manusiawi". 

Menurut kantor berita resmi Xinhua, massa yang "membawa pisau" menyerang kantor polisi dan kantor-kantor lainnya di kota Lukqun Rabu (26/06/2013) lalu, sebelum petugas keamanan tiba dan melepaskan tembakan. Setidaknya 35 orang tewas. 

Dua hari kemudian, Xinhua mengatakan, lebih dari 100 "demonstran" memprovokasi "kerusuhan" di kota Hotan, dan menyerang masyarakat "setelah berkumpul di tempat-tempat agama setempat". 

Jumat (28/06/2013) lalu seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pihaknya "sangat prihatin dengan laporan diskriminasi dan pembatasan berkelanjutan" pada suku Uighur. 

Dia mengatakan, AS mendesak "investigasi terbuka", walaupun tidak berkehendak "menarik kesimpulan yang lebih luas" tentang insiden yang terjadi. 

Media China yang dikendalikan pemerintah, Global Times menyebut, sejumlah orang dari "Turkistan Timur" telah bergabung "kelompok pejuang " di Suriah untuk melawan pemerintah Bashar al-Assad, sebelum kembali ke Xinjiang untuk melakukan kegiatan kerusuhan. 

Faktanya didasarkan pada seorang pria berumur 20-an direkrut oleh suatu lembaga "pendidikan dan bantuan" untuk mengikuti pelatihan. Setelah dikirim ke Suriah, ia diperintahkan kembali ke Xinjiang untuk "melakukan" perjuangan di wilayah itu, sebelum akhirnya tertangkap. 

Kongres Uighur Dunia membantah sinyalemen semacam itu dan menyebut China melakukan "tuduhan mendistorsi". 

"Orang-orang Uighur tinggal di penjara terbuka," katanya dalam pernyataan melalui email. Ia menambahkan, "perlawanan" mereka "tidak ada hubungannya dengan terorisme". 

Pada hari Sabtu banyak aktivitas di ibukota Xinjiang, Urumqi, ditutup setelah kendaraan-kendaraan militer turun ke jalan dengan setidaknya 1.000 personel bersenjata dikerahkan.

Sebelum ini kelompok Hak Asasi Uighur menyatakan, selama ini China telah memberlakukan peraturan yang membatasi praktik-praktik keislaman atas penduduk minoritas Uighur sehingga sangat menghambat kebebasan beragama. China melaksanakan tindakan represif  "tak henti-hentinya" terhadap rakyat di wilayah Xinjiang barat laut yang umumnya muslim.*

Sumber :  Hidayatullah .com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu