Gonjang-ganjing Mesir Belum akan Berakhir

Kudeta Mesir : Gonjang-ganjing Mesir Belum akan Berakhir

Kairo - Siapapun tahu, Mesir adalah salah satu negara Afrika dengan kapasitas terpasang perekonomian yang besar. Tak kurang dari US$ 530 milliar nilai ekonomi Mesir saat ini.
Kedigdayaan negeri Firaun tersebut juga ditambah dengan kemampuan para operator keuangan negeri tersebut dalam kurun waktu 1 dasawarsa terakhir, menjaga nilai tukar pound Mesir terhadap di level 3-5 pound per dolar AS. Hal ini menjadikan pound mesir menjadi salah satu mata uang dengan kedigdayaan tertinggi di seluruh jazirah.
Namun, sebagaimana negara lain, kedigdayaan Mesir pelan-pelan tergerogoti. Beberapa bom waktu siap meledak di sistem perekonomian negeri Piramid. Masalah terbesar Mesir adalah pada neraca perdagangan yang masih minus.
Ekonomi Mesir mengimpor lebih banyak daripada tingkat ekspornya. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pertumbuhan industri Mesir yang hanya mencapai setengah persen per tahunnya. Utang publik per PDB (produk domestic bruto) Mesir juga tergolong tinggi, yaitu mencapai 81% lebih. Bandingkan dengan negara sekawasan yang rata-rata hanya mencapai tidak lebih dari 70%.
Selain itu, pertumbuhan perekonomian Mesir juga relatif rendah, yaitu dalam kisaran 3% per tahunnya. Hal ini mungkin sejalan dengan kebijakan fiskal Mesir di bidang pembiayaan yang cenderung amat moderat. Hingga kini, utang luar negeri Mesir hanya ada di kisaran US$33 miliar. Sebuah nilai yang amat tak sebanding dengan kapasitas perekonomian terpasangnya yang mencapai US$ 00 miliar lebih.
Secara infrastruktur negeri ini mungkin yang terbaik di kawasan. Dengan panjang jalan beraspal lebih dari 47.000 km, lintasan KA mencapai lebih dari 5.000 km serta jumlah bandar udara yang mencapai lebih dari 80 buah, menjadikan Mesir sebagai salah satu negara yang terkoneksi dengan baik. Negeri Nil ini juga merupakan negeri dengan tingkat konsumsi energy yang lumayan boros. Tak kurang dari 740 ribu bbl minyak, 109, 1 miliar kwh listrik, serta 45 miliar kubik gas, di konsumsi perekonomian Mesir tiap tahunnya.
Rendahnya neraca perdagangan, konsumsi energy yang boros, kebijakan pembiayaan yang masih amat moderat, serta utang publik yang tinggi adalah ramuan yang amat “pas” bagi perekonomian yang berujung pada turbulensi ekonomi yang kini sedang terjadi. Di sisi lain, Mesir memiliki jaringan infrastruktur yang lumayan ‘lengkap’.
Apalagi bila dibandingkan secara per kapita serta luas wilayah. Hal ini rupanya dilihat sebagai ‘peluang” yang amat menggiurkan. Para pemodal ventura melihat Mesir pasca reformasi politik sebagai “The new Indonesia”. Nampaknya, bagi mereka nilai PDB per kapita Mesir terlalu menggiurkan untuk dilewatkan.
Mesir kini adalah cerita tentang pergulatan. Kepungan ekonomi biaya mahal kian rapat dan terus menggerogoti daya tahan alamiah ekonomi negeri Nil tersebut. Di sektor pangan, fluktuasi harga pangan menjadi isu seksi yang kian menarik untuk diperhatikan.
Anomaly musim yang melanda sejawat dagang mereka di Asia, sangat mengancam stabilitas disana. Seretnya suplai bahan makanan utama bagi Mesir, tak pelak telah mengerek kawasan tersebut ke dalam spiral inflasi barunya.
Pukulan di bidang pangan akan secara serta merta merambat ke bidang lain. Arus kas per kapita negara yang bersangkutan jelas berada di bawah ancaman. Peningkatan biaya pengajuan utang oleh tiap entitas ekonomi akan memulai robohnya domino barunya.
Di sisi lain, pengaruh bagi daya konsumsi alami masyarakat pun tidaklah kecil. Kesempatan masyarakat untuk memupuk kekayaan secara perlahan akan berkurang drastis. Banyak entitas ekonomi Mesir akan mengalami penurunan daya tahan usaha. Kelanjutannya pun bisa ditebak, gangguan masif akan menjalari daya operasional. Dengan tingkatan suku bunga pinjaman usaha yang tidak juga bersahabat, daya rusak bagi ekonomi negara yang bersangkutan akan semakin meluas. Mesir pun siap menyambut masa sulit.

Sumber : INILAH.COM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu