Satu Senjata Untuk Menangkis "2009 KITE DIMANE?"


Menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) yang kurang lebih dua bulan lagi, persaingan antar Capres semakin ketat dan panas. Pilpres kali ini hanya diikuti oleh dua pasangan kandidat, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi–Jusuf Kalla. Sehingga aroma persaingan pun kian terasa mencekam. Karena akan terjadi “duel maut” atau sudden deathdi antara keduanya. Meski sesungguhnya, nuansa pertarungan ini sudah dimulai sejak jauh sebelum kedua pasangan ini mendeklarasikan diri sebagai Capres dan Cawapres.
Walaupun di atas kertas kampanye resminya belum dimulai, namun kedua pasangan kandidat sudah mulai unjuk kekuatan. Segala cara ditempuh oleh masing-masing Timses Capres guna memenangkan jagoan mereka. Semua ini dilakukan dalam rangka bersaing untuk memperebutkan hati rakyat Indonesia pada tanggal 9 Juli 2014 nanti. Yang tentu saja hal ini sangat wajar. Karena memang sudah menjadi tradisi setiap menjelang pelaksanaan Pemilu, baik legislatif maupun eksekutif (Presiden) di negara manapun.
Namun cara-cara yang wajar ini bisa menjadi tidak wajar jika masing-masing pihak tidak mengindahkan etika atau kode etik dalam kampanye. Seperti dengan menggunakan cara-cara yang tidak elegan (black campaign) terhadap lawan mereka. Apapun yang menjadi senjata atau kartu As pihak lawan pasti akan dikeluarkan. Tujuannya agar pihak lawan tersakiti, dan selanjutnya jatuh dan terpuruk sampai ke titik yang paling rendah. Di sisi yang lain, pihak yang menjatuhkan berharap akan mendapat simpati dari masyarakat atau pendukung mereka. Politik memang kejam, begitulah kira-kira gambaran yang sering kita dengar tentang dunia yang satu ini.
Kembali ke topik bahasan kita, baik Prabowo maupun Jokowi maju sebagai capres tak terlepas dari dukungan (koalisi) banyak pihak atau partai. Prabowo didukung oleh koalisi Merah Putih yang terdiri dari 6 partai, yaitu Gerindra, PAN, PKS, PPP, Golkar dan PBB. Sedangkan Jokowi didukung oleh PDIP, Nasdem, PKB dan Hanura. Namun di sini saya tidak akan membahas koalisi-koalisi tersebut. Saya cuma ingin membahas beberapa hal yang saya sebut dengan “senjata/makanan” yang sudah basi dan kadaluarsa, yang berkaitan dengan Prabowo dan PKS saja. Mengapa demikian?
Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui, bahwa selepas pelaksanaan pemilu legislatif (Pileg), PKS memang berniat untuk mendukung Prabowo Subianto. Hal ini diawali dengan kedatangan Prabowo ke kediaman Ketua Majlis Syuro PKS, Ustadz Hilmi Aminuddin beberapa waktu yang lalu. Dimana Prabowo ingin mengajak PKS untuk bergabung bersamanya dalam Pilpres mendatang. Dan “lamaran” ini rupanya mendapat sambutan positif dari Ustadz Hilmi beserta para petinggi PKS lainnya. Setelah melalui proses komunikasi yang cukup panjang dan kondusif, maka dicapailah kesepakatan antara Prabowo (Gerindra) dgn kubu PKS, maka PKS akan mendukung Prabowo sebagai salah satu Capres yang bertarung di arena Pilpres nanti.
Bergabungnya PKS dalam koalisi Merah Putih ini, tampaknya membuat sebagian atau sekelompok orang merasa gerah. Sehingga dicarilah kelemahan atau kesalahan Prabowo dan PKS yang mereka korek-korek guna dijadikan pisau tumpul dari sejak jaman dulu sampai sekarang, dan tidak pernah berubah. Dari pengamatan saya, cuma ada dua “senjata”  yang mereka pakai untuk menjatuhkan Prabowo maupun PKS. Apakah itu?
Pertama, Prabowo selalu dikait-kaitkan dengan pelanggaran HAM. Padahal kasus ini sudah lama ditutup. Namun mereka berusaha buka kembali. Siapa pun tahu bahwa sudah banyak pihak (termasuk alm. Munir) yang membantah dan meragukan keterlibatan Prabowo dalam peristiwa penculikan para aktivis pada Mei 1998 silam. Bahkan salah seorang politisi PDIP (Edi Simbolon) pun tak mampu menjawab dan tergagap ketika ditantang oleh politisi Gerindra (Fadli Zon), untuk menyebutkan siapa yang menculik para aktivis tersebut. Pertanyaan tajam ini dilontarkan oleh Fadli Zon dalam acara Indonesia Lawyer’s Club (ILC) yang ditayangkan pada selasa malam kemarin. Ingat, acara ILC ini ditonton oleh jutaan pemirsa di seluruh Indonesia. Dan ini bisa menjadi saksi siapa sebenarnya yang paham dan siapa yang cuma asal tuduh saja.
Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, jika memang benar Prabowo pernah terlibat atau bahkan disebut-sebut sebagai dalang dalam kasus penculikan dan kerusuhan Mei’ 98 tersebut, mengapa Megawati bersedia serta dengan tangan terbuka menjadikan mantan Danjen Kopassus ini sebagai Cawapresnya pada waktu Pilpres 2009 yang lalu? Mengapa pada saat itu tidak ada satu pun dari kader PDIP yang menyandingkan Prabowo dengan kasus pelanggaran HAM tersebut? Bahkan mereka berjuang mati-matian (all out) untuk memenangkan pasangan Mega-Pro ini dalam pertarungan Pilpres melawan SBY–Budiono kala itu?
Kedua, PKS selalu dikait-kaitkan dengan kasus dugaan korupsi impor daging sapi oleh Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) pada Januari 2013 kemarin. Dimana kita sudah sama-sama tahu bahwa banyak pihak yang meragukan dan membantah keterlibatan mantan Presiden PKS tersebut. Bahkan Ahmad Fathanah telah memberikan kesaksiannya dalam persidangan Elizabeth Liman di Pengadilan Tipikor beberapa waktu yang lalu. Namun sayangnya, kesaksian ini diabaikan dan tidak didengar sama sekali oleh Majlis Hakim yang terhormat.
Pertanyaannya sekarang, mengapa cuma dua ini saja “senjata” mereka, khususnya para pembenci Prabowo dan PKS? Jawabannya adalah karena memang  sudah tak ada lagi senjata dan peluru lainnya yang bisa mereka tembakkan kepada Prabowo dan PKS. Padahal, semua juga paham bahwa senjata dan peluru ini sudah tidak mempan lagi sebab sudah berkarat.
Namun demikianlah watak para haters. Meskipun karatan, tumpul serta basi masih tetap saja digunakan dan dimakan sebagai nutrisi kadaluarsa untuk menjatuhkan dan mematikan pihak lawan yang tidak mereka sukai. Sebab apa? Sebab mereka memang telah terbiasa memakan makanan basi yang mengakibatkan mereka menjadi mual dan mabuk. Sehingga akhirnya tak mampu lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Wallahu A’lam.


Sumber: www.dakwatuna.com/2014/05/23/51780/dua-senjata-untuk-menyerang-prabowo-dan-pks/#ixzz32yOdFSFR 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu