'iNakba' ini memetakan lebih dari 400 desa Palestina


Mengembalikan Palestina ke dalam Peta

Sudah 66 tahun sejak 750.000 warga Palestina terpaksa mengungsi dari 400 lebih desa di wilayah yang kini dikenal sebagai Israel. Eksodus yang disebut Nakba ini masih melekat bagi tetua Palestina.
Di subdistrik Hebron dekat Beit Semesh terdapat petunjuk-petunjuk tersembunyi - bagian dari dinding batu, makam pemuka agama Islam, rumpun pepohonan dan pagar kuno. Ini semua terungkap melalui aplikasi iPhone baru yang membawa penggunanya menelusuri jejak bekas desa-desa Palestina.
Awal Mei 2014 sebuah organisasi nirlaba yang dikelola warga Israel dan Palestina bernama Zochrot, yang berarti mengingat dalam bahasa Ibrani, menggabungkan narasi mengenai Nakba dengan app teknologi tinggi untuk mengembalikan Palestina ke dalam peta.
App interaktif yang disebut 'iNakba' ini memetakan lebih dari 400 desa Palestina yang hancur pada tahun 1948 dan setelah itu dengan menggunakan pin-pin virtual.
Sekilas peta yang dijejali pin virtual ini tidak enak dipandang, namun foto-foto dan kesaksian memberi pengakuan bagi banyak pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat Nakba.
Mencoba memperlihatkan 'lahan yang tak terlihat'
Mencoba memperlihatkan 'lahan yang tak terlihat'
"Orang-orang mulai mengunduh lebih banyak foto desa mereka yang hancur dan menambahkan serta mengubah informasi, berbagi pengetahuan sejarah mereka," jelas pembuat app, Raneen Jeries, kepada DW.
Jeries mengatakan banyak pengungsi yang telah mengontak Zochrot dan bertanya apakah mereka dapat dipandu untuk mencapai desa-desa tertentu.
"Tidak mudah untuk menemukan lokasi yang telah hancur, karena sekarang sudah 66 tahun setelah Nakba dan banyak lokasi yang hancur telah menjadi permukiman Yahudi dan ada juga yang menjadi taman di bawah Dana Nasional Yahudi (KKL), sehingga harus masuk ke dalam taman nasional dan mencari reruntuhan."
Zochrot berusaha mempromosikan pengakuan serta mendorongtanggung jawab warga Israel atas ketidakadilan yang masih terus berlanjut dari Nakba.
Ikatan kuat pada desa yang hilang
Hanya ada sedikit sisa-sisa Beit Natif dekat Beit Shemesh, hanya 21 kilometer dari Hebron. Kini lahan itu telah diambil alih warga Yahudi Israel yang membangun kibbutz atau permukiman kolektif, yang kemudian dikenal sebagai kota Yahudi.
Dulunya wilayah ini merupakan sebuah kampung Arab yang megah dengan populasi 2.150 orang dan pernah menjadi salah satu desa terkaya di wilayah tersebut.
"Saya rasa sebentar lagi saya tutup usia, tapi saya masih ingin kembali, karena lahan yang sekarang saya tinggali bukan tanah kelahiran saya," ujar Mustafa Ibrahim Abu Srur, yang berusia 81 tahun, kepada DW. [dw.de]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswi SMK Laporkan Kepala Sekolah Cabul

Lereng Merapi-Merbabu Dari Islam ke Kristen Lalu ke Islam Lagi

Wako Ismet Amzis Berminantu